ALMAMATER, IDENTITAS DAN KEBANGGAAN MAHASISWA. DIMANA.??

Mahasiswa sangat identik dengan kata “Almamater”. Ketika seorang siswa memasuki dunia kampus, ia akan di sodorkan sebuah jas yang diberi nama jas Almamater. Ketika itulah seorang siswa SMA dikatakan telah masuk dalam jenjang perguruan tinggi. Dengan Jas kebesaran itu seseorang akan lebih gagah menjalani hari-hari di sebuah Universitas, menghadiri berbagai acara atau kegiatan di instansi lain dengan sematan Mahasiswa. Namun apa sebenarnya arti dan makna yang terkandung dalam Almamater itu sendiri.??
Seorang mahasiswa dengan bangga menghadiri sebuah kegiatan seminar di luar kampus. Dan seorang siswa peserta bertanya, "Kak, jas yang kakak pakai itu jas Almamater kan.? Apa sih Almamater itu kak.?". Dengan bingung mahasiswa ini menjawab. "Wah saya tak tau dek, karena bagus dan dibayar maka saya pakai". Siswa itu murung mendengar jawaban tersebut.

Situasi di atas adalah ketidaktahuan akan arti dan makna sebenarnya dari Almamater.
Jika kita melihat dari arti katanya "alma mater" atau "Almamater" adalah istilah dalam bahasa Latin yang secara harafiah berarti ibu susuan. Ketika kita mendengar kata ibu, Ia adalah sesosok yang melahirkan, merawat, dan menyayangi anaknya hingga tumbuh besar. Dapat kita telaah, almamater yang kita junjung adalah universitas kita sendiri, dimana Ialah yang akan merawat dan membimbing mahasiswa selayaknya seorang ibu, sehingga nantinya akan melahirkan generasi-generasi penerus bangsa yang tangguh berjiwa kritis, ilmiah dan akademis. Sehingga, penggunaan istilah ini populer di kalangan akademik/pendidikan untuk menyebut perguruan tempat seseorang menyelesaikan suatu jenjang pendidikan. Maka dari itu, sebagai mahasiswa hendaknya benar-benar berbhakti dan berbangga hati menjadi bagian almamater dengan mendukung dan menjalankan segala kebijakan perguruan tinggi serta menjunjung tinggi nama baik almamater. Dari pengertian tersebut, akan muncul berbagai konsepsi almamater yang disebut “wawasan almamater”. (*Didi Harizena)

Wawasan tersebut tercermin dalam suatu anggapan-anggapan bahwa, almamater merupakan jiwa mahasiswa dan seluruh civitas akademika yang bersifat manunggal terhadap almamater, bersifat ilmiah, kritis dan akademis dalam hal yang menyangkut kemahasiswaan, serta berbakti pada universitas melalui almamater mengabdi pada rakyat. Di seluruh Universitas, almamater merupakan sebuah kebanggaan yang munculnya dari suatu kekuatan mahasiswa yang bersifat kritis, ilmiah, dan akademis.

Hal tersebut tidak dapat dipungkiri ketika mahasiswa turun ke jalan melakukan kritisi terhadap kebijakan pemerintah atau suatu kalangan, mereka dengan bangganya berpanas-panasan menggunakan jas almamater kebanggaan mereka demi dapat membela kaum tertindas terutama rakyat biasa. Selain itu, almamater merupakan suatu status formal  bagi mahasiswa ketika mereka mengikuti sebuah acara seminar yang dilakukan oleh berbagai instansi.

Almamater juga memberikan status peran akademis kepada para mahasiswa yang membela perguruan tingginya dalam hal pekan ilmiah, perlombaan antar institusi, debat publik, dan kegiatan akademis lainnya. Oleh karena itu, dari kebanggaan mahasiswa terhadap almamaternya akan menumbuhkan jiwa kekompakkan, nasionalisme, tanggung jawab, serta profesionalisme tinggi.

Ketika semua arti dan makna penting tentang Almamater dan Jas Almamater ini di bahas, realita yang terjadi di Kampus biru (UNIMA) dengan kebanggan sebagai universitas berperingkat 53 di Indonesia namun tak mampu memberikan jas almamater pada mahasiswanya, masalah selanjutnya adalah dalam berbagai kegiatan akademik di tahun berjalan seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Program pengalaman Lapangan (PPL) kampus tak mampu memberikan identitas mahasiswa yaitu jas almamater untuk membawa nama besar Universitas di luar lingkup Kampus, padahal dalam slip pembayaran UKT atau Uang Kuliah Tunggal telah tercantum pembayaran berbagai keperluan mahasiswa termasuk jas almamater, lebih ironis lagi ketika mahasiswa UNIMA terancam menyelesaikan studi tanpa merasakan kebanggaan memakai Jas Almamater sebagai identitas kaum Mahasiswa. Yang salah disini bukanlah Universitasnya tapi oknum di dalamnya. Peran pemimpin kampus sangat di harapkan karena sangat kurang bahkan terasa mengabaikan masalah ini yang telah mempermaluka citra kampus di mata masyarakat, sampai saat ini tak terdemgar proses penyelesaiannya dan terasa mengambang. Maka Mahasiswa harus bergerak mengangkat nama besar Almamaternya yang telah di permalukan saat ini dengan cara memperjuangkan apa yang menjadi hak dari mahasiswa itu sendiri. Mengkritik kebijakan kampus maupun pemerintah yang dirasa menyimpang adalah tugas mahasiswa dan melandasinya dengan keterbebanan membangun untuk hari esok yang lebih baik lagi.
Bergeraklah Mahasiswa.!!!

J.G (Pho)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGINGAT JELITA KARAMOY, PENGIBAR SANG SAKA DI PUNCAK TERTINGGI EROPA

LMND MINAHASA GELAR AKSI TERKAIT TURUNNYA HARGA KOPRA

UKT DAN TRANSPARANSINYA YANG JAUH.

FUNGSI PENTING LEGISLATIF YANG HILANG DI KAMPUS.